Penis

BOSHEPOKER

Cerita Dewasa Bokep Ngentot Dengan Polwan Muda


Aku tak mengenakan helm karena aku terburu-buru pergi ke tempat pacarku. Apesnya, aku dihadang sama polisi. Polisi itu naik mobil, tiba-tiba dgn cepatnya memotong jalanku, aku kaget hampir saja kutabrak mobil polisi itu. Aku rem mendadak motorku, karena terjadi hentakkan, jadi tubuhku hilang keseimbangan lalu aku terjatuh dari motorku. Aku terguling-guling di jalan. Tp syukurlah aku tdk apa-apa hanya lecet biasa.Pada saat aku masih dlm keadaan telungkup, aku lihat pintu mobil polisi itu terbuka. Tp anehnya, aku sepertinya kok melihat kaki seorang wanita. Kakinya yg putih bersih dan indah itu kini berada tepat di wajahku, kutegakkan kepalaku. Betapa terkejutnya aku, mataku seperti melihat “hutan belantara” di antara kedua kaki yg jenjang itu. Setelah kuperhatikan baik-baik, ternyata dia seorang polwan, dan di dada kirinya tertulis namanya, RINI. Dia cantik sekali dan ohh.., body-nya mantap sekali. Aku jadi bengong, dan, “Plaaakkk..!” sebuah tamparan mendarat di pipi kananku.“Heiii, apa yg Kamu lihat..? Ayo sekarang serahkan surat-suratmu mu cepaattt..!” bentaknya.Aku jadi kaget dan segera kuambil dompet dari saku celanaku, lalu kuambil SIM dan STNK, lalu kuserahkan padanya. Sementara dia melihat suratku, aku pandangi lagi dia ohh.., betapa cantik polwan ini. Aku perkirakan umurnya paling masih sekitar 25 tahun. Samar-samar di dlm mobil ada polisi cewek satu lagi, dia seumur denganya tetapi pangkatnya lebih rendah, kalau tdk salah sersan dua. Kakinya putih tetapi tdk semulus polwan yg tadi. Lalu tanpa kusadari, Letnan Rini mengambil sesuatu dari dlm mobil, dia berjalan menuju hidung mobil, lalu dia membungkukkan badannya untuk menulis sesuatu. Pada posisi nungging, aku lihat lagi body-nya yg waaaooowwww selangit deh… Tanpa kusadari, “tititku” mengeras perlahan. Setelah itu dia tegakkan badannya, terus berkata,“Eee.. saudara Toni, Anda Kami tilang karena Anda tdk memakai helm. Sidang akan dilaksanakan besok lusa. Jangan lupa Anda harus hadir di persidangan besok. Oke..?”
“Tp Bu, besok Saya tidak bisa hadir, soalnya pada hari itu Saya harus mengantar pacar yg akan diwisuda. Jadi Sy minta tolong sama Ibu, bagaimana dech baiknya agar persoalan ini selesai..?” Lalu dia bilang,


“Do you have some money..?”
“Aduh, maaf sekali Bu, Sy sama sekali tdk membawa uang sepeser pun.” jawabku.
“Baiklah, kalau begitu SIM-mu Aku tahan dulu, tp nanti malam Kamu harus pergi ke rumah Sy. Dan ingat..! Kamu harus datang sendiri. Oke..? Ini alamatku. Jangan lupa lho, Aku tunggu jam 7 malam.” Dia pergi sambil mengerdipkan matanya kepadaku.Aku terkejut, tetapi juga seneng banget, pokoknya seneng dech. Aku sampai di rumahnya sekitar jam 7 dan langsung mengetuk pintu pagarnya yg sudah terkunci. Tak lama kemudian, Ibu Rini muncul dari dlm dan sudah tahu aku akan datang malam itu.“Ayo Ton.., masuk. Aku sudah lama nunggu lho, sampai basah pantatku duduk terus dari tadi..” sapanya.
“Aaahhhh.. Ibu bisa aja…” jawabku.
“Maaf.., pintunya sudah digembok, soalnya Aku tinggal sendiri, jadi harus hati-hati.” sambutnya.
“Oh.., jadi Ibu belum menikah too..? Sayang lho..! Wanita secantik Ibu ini belum menikah..” kataku merayu.
“Aaaa.. Kamu ngerayu ya..?” tanyanya.
“Enggak kok Bu, Sy berkata begitu karena memang kenyataannya begitu. Coba Ibu pikir, Ibu sudah mapan hidupnya, cantik luar-dlm, dan sebagainya dech…” jelasku.“Ehh.. Aku cantik luar-dalam, apa maksud Kamu..?” tanyanya lagi.
“Haduuhh.., gimana ya, malu aku jadinya..?” jawabku.
“Kamu nggak perlu malu-malu mengatakannya, Kamu ingin SIM Kamu kembali nggak..?” ancamnya.
”Eee.. sekarang gini aja, Kamu udah punya pacar khan..? Sekarang Sy tanya, kenapa Kamu memilih dia jadi pacar Kamu..?” tanyanya lagi.“Eee.. jujur aja Bu, dia itu orangnya cantik, baik, setia dan cinta sama Sy, that?s all..”
“Kalau seumpama Kamu disuruh milih antara Sy dan pacar Kamu, Kamu pilih Sy atau pacar Kamu sekarang..? Bandingkan aja dari segi fisik, Oke.. Sy atau Dia..?” tanyanya memojokkanku.
“Eeee… Anu.. anu… eee..,” aku dibuat bingung tdk karuan.
“Ayo.. jawab aja..! Kalau Kamu tdk jawab, SIM Kamu tdk kukembalikan lho..!” ancamnya lagi.
“Waduhhh.., gimana ya..? Ehmmm.., baiklah, Sy akan jawab sejujurnya. Sy tetap akan memilih pacar Sy sekarang.” jawabku.“Wow.., kalau begitu dia lebih cantik dan semok dong dari Sy..?” jawabnya lirih.
“Eeee.. bukan begitu Bu, Sy memilih pacar Sy walaupun Dia sebetulnya kalah cantik dari Ibu, dan segalanya dech..!” jawabku.
“Ahh… yg benar, jadi Aku lebih cantik dan semok dari Dia..?” tanyanya lagi.
“Jujur saja.., ya.. ya.. ya..” jawabku mantap.
“Ohhh..,Aku jadi tersanjung dan terpikat dgn jawabanmu tadi..,” katanya girang,
“Wah.. jadi lupa Aku, Kamu nonton TV aja dulu di ruang tengah, Aku mau ambil SIM Kamu di kamar.., Oke..?” pintanya.Lalu aku menuju ke ruang tengah, kuputar TV. Secara tdk sengaja, aku melihat tumpukan VCD. Aku tertarik, lalu kulihat tumpukan VCD itu, lalu, ohhh astaga, ternyata tumpukan VCD itu semuanya film “XXX”, aku terkejut sekali melihat tumpukan film “XXX” itu. Sebelum aku melihat satu-persatu, terdengar bunyi pintu dibuka. Lalu, ohhh, aku terkejut lagi, Ibu Rini keluar dari kamarnya hanya menggenakan daster pink transparan, di balik dasternya itu, bentuk buah dadanya terlihat jelas, terlebih lagi putting susunya yg menyembul bak gunung Semeru. Begitu ia keluar, mataku nyaris copot karena melotot, melihat tubuh Ibu Rini. Dia membiarkan rambut panjangnya tergerai bebas.“Kenapa..? Ayo duduk dulu..! Ini SIM Kamu.. Aku kembalikan..” katanya.Wajahku memerah karena malu, karena Ibu Rini tersenyum saat pandanganku terarah ke buah dadanya.“SIM Kamu, Aku kembalikan, tp Kamu harus menolong Sy..!” Ibu Rini merapatkan duduknya di karpet ke tubuhku, aku jadi panas dingin dibuatnya.
“Tonn..?” tegurnya ditengah-tengah keheninganku.
“Ada apa Bu..?” tubuhku bergetar ketika tangan Ibu Rini merangkulku, sementara tangannya yg lain mengusap-usap daerah “XXX”-ku.
“Tolong Ibu Rini ya..? Dan janji, Kamu harus janji untuk merahasiakan hal ini, kalau tdk aku DOR Kamu..!” pintanya manja.
“Tp… Sy.., anu.., eee..”
“Kenapa..? Ooooo.. Kamu takut sama pacar Kamu ya..?” katanya manja.Wajahku langsung saja merah mendengar perkataan Ibu Rini,“Iya Bu…” kataku lagi.
“Sekarang Kamu pilih disidang atau pacar Kamu..?” ancamnya.Dia kemudian duduk di pangkuanku. Bibir kami berdua kemudian saling berpagutan. Ibu Rini yg agresif karena haus akan kehangatan dan aku yg menurut saja, langsung bereaksi ketika tubuh hangat Ibu Rini menekan ke dadaku. Aku bisa merasakan puting susu Ibu Rini yg mengeras. Lidah Ibu Rini menjelajahi mulutku, mencari lidahku untuk kemudian saling berpagutan bagai ular. Setelah puas, Ibu Rini kemudian berdiri di depanku yg dari tadi masih melongo, karena tidak percaya pada apa yg sedang terjadi. Satu demi satu pakaiannya berjatuhan ke lantai. Tubuhnya yg polos tanpa sehelai bnenangpun seakan akan menantang untuk diberi kehangatan olehku.“Lepaskan pakaiannmu Tonn..!”Ibu Rini berkata sambil merebahkan dirinya di karpet. Rambut panjangnya tergerai bagai sutera ditindihi tubuhnya.“Ayooo.. cepat dong..! Aku udah nggak tahan nich.. ohhh..” Ibu Rini mendesah tdk sabar.Aku kemudian berlutut di sampingnya. Aku bingung dan tdk tahu apa yg harus dilakukan, karena malu.“Tonnn.. letakkan tanganmu di dadaku, ayo ohhh..!” pintanya lagi.Dgn gemetar aku meletakkan tanganku di dada Ibu Rini yg turun naik. Tanganku kemudian dibimbing untuk meremas-remas buah dada Ibu Rini yg super montok itu.“Oohhh… enakk.., ohhh… remas pelan- pelan, rasakan putingnya menegang..” desahnya.Dgn semangat aku melakukan apa yg dia katakan. Lama-lama aku jadi tdk tahan, lalu,“Ibu.. boleh Sy hisap susu Ibu..?” Ibu Rini tersenyum mendengar pertanyaanku, dia berkata sambil menunduk,
“Boleh Sayang… lakukan apa yg Kamu suka..” Tubuh Rini menegang ketika merasakan jilatan dan hisapan mulutku yg sekarang mulai garang itu di susunya.
“Oohhh… jilat terus Tonnn..! Ohhh…” desah Ibu Rini sambil tangannya mendekap erat kepalaku ke buah dadanya.Aku lama-lama semakin buas menjilati puting buah dadanya, mulutnya tanpa kusadari menimbulkan bunyi yg nyaring. Hisapanku semakin keras, bahkan tanpa kusadari, aku menggigit-gigit ringan putingnya yg ohhh.“Emmm… nakal Kamu…” Ibu Rini tersenyum merasakan tingkahku yg semakin “Jozzz” itu. Lalu aku duduk di antara kedua kaki Ibu Rini yg telah terbuka lebar, sepertinya sudah siap tempur.Ibu Rini kemudian menyandarkan punggungnya pada dinding di belakangya.“Ayo, sekarang Kamu rasakan meki ku..!” ia membimbing telunjukku memasuki liang senggamanya.


“Hangat, lembab, sempit sekali Bu…” kataku sambil mengucek kedalaman lubang kemaluanya.
“Sekarang jilat ‘kontol kecil’-ku..!” katanya.Perlahan-lahan lidahku mulai menjilat klitoris yg mulai menyembul tinggi sekali itu.“Terus.. ooohhh.. ya.. jilat.. jilat. Terus.. ohhh…” Ibu Rini menggerinjal-gerinjal keenakan ketika klitorisnya dijilat oleh mulutku yg mulai asyik dgn tugasnya.
“Gimana.., enak ya Bu..?” aku tersenyum sambil terus menjilat.
“Oohh.. Tonnn…” tubuh Ibu Rini telah basah oleh peluh, pikirannya serasa di awang-awang, sementara bibirnya merintih-rintih keenakan.Lidahku semakin berani mempermainkan klitoris Ibu Rini yg makin bergelora dirangsang birahi. Nafasnya yg semakin memburu pertanda pertahanan nya akan segera jebol. Dan aku akan unggul 1-0, ee… emangnya main bola. Lalu,“Oooaaahhh… Tonnn..!” Tangan Ibu Rini mencengkeram pundakku yg kokoh bagaikan tembok raksasa di China, sementara tubuhnya menegang dan otot- otot kewanitaannya mulai menegang, dan muncratlah ‘lahar’Ibu Rini di mulutku.Matanya terpejam sesaat, menikmati kenikmatan yg telah kuberikan.Hmmm… Kamu sungguh lihai Tonn… Sekarang coba gantian Kamu yg berbaring…” katanya. Aku menurut saja. Batang kejantananku segera menegang ketika merasakan tangan lembut Ibu Rini yg mulai mempermainkan senjata keperkasaanku.“Wah.. wahh… besar sekali. Oh my god… Ohhh…” tangan Ibu Rini segera mengusap-usap batang keperkasaanku yg telah mengeras tersebut.Segera saja benda besar dan panjang itu mulai berdenyut-denyut dan dimasukkan ke mulut Ibu Rini. Dia segera menjilati batang kemaluanku itu dgn penuh semangat. Kepala kejantananku itu dihisapnya keras-keras hingga aku jadi merintih keenakan.“Ahhh… enakkeee.. rekkk..!” aku tanpa sadar menyodokkan pinggulku untuk semakin menekan senjata keperkasaanku agar makin ke dlm mulut Ibu Rini yg telah penuh oleh batang kejantananku.Gerakanku makin cepat seiring semakin kerasnya hisapan Ibu Rini.“Ooohhh Bu.. oohhh.. mulut Ibu memang sakti.. ohhh.. I’m coming… ohhh…” Muncratlah laharku di dlm mulut Ibu Rini yg segera menjilati cairan itu hingga tuntas..
“Hmmmm… agak asin rasanya Tonn punyamu.., tp enak kok…” Ibu Rini masih tetap menjilati kemaluanku yg masih tegak bagaikan tugu Monas di Jakarta, menara Piza di Italy, menara Eiffel di Paris.“Sebentar ya.., Aku mau minum dulu..” katanya setelah selesai menjilati batang kejantananku.Ketika Ibu Rini sedang membelakangiku sambil menenggak air putih dari kulkas. Aku melihat body yg wuih dan itu ohhh, pantat yg bulat. Aku memang suka pantat yg bulat dan menantang. Aku tdk tahan cuma melihat dari jauh, lalu aku berdiri dan berjalan menghampirinya, lalu mendekapnya dari belakang.“Tonnn.. jangan nakal dong, biar Ibu minum dulu..!” katanya manja.
“Aku tdk tahan melihat pantat ibu yg menantang itu.” kataku tak sabaran.
“Kamu suka pantatku, kalau gitu Kamu tentu mau kalau nanti pantatku mendapat giliran untuk Kamu obok-obok, bagaimana Tonn..? Mau ngobok- ngobok pantat Ibu..?” tanyanya. Aku terima tantangannya.
“Ohhh.., memang benar- benar mantaapppp…” aku berkata sambil mengelus-elus pantat Ibu Rini.

BACA JUGA ARTIKEL ARTIKEL DIBAWAH INI !!!

Post a Comment

0 Comments