Sahabatku yang ke dua, Jenny, Manado tulen juga, umurnya sekitar 22 tahun, dia yang paling cantik di antara kita bertiga, kulitnya putih dan bersih wajahnya imut dan kekanak kanakan. Tapi dia sangat benci kalau dianggap masih anak anak, makanya dia memotong rambutnya sampai sebatas leher, supaya wajahnya terlihat lebih dewasa, tapi, dengan rambut pendeknya itu, leher jenjangnya malah terlihat dengan jelas, menurutku dia lebih terlihat menarik dengan rambut panjangnya. Tubuhnya sangat sexy dengan tinggi sekitar 168 dan berat 55 kg, tangannya putih mulus dan di tumbuhi dengan bulu bulu halus, kakinya panjang dan jenjang, apalagi jika dia sedang mengenakan pakaian yang minim dan rok pendek, dia selalu membuat banyak cowok melirik dengan penuh nafsu ke arahnya, walaupun payudaranya agak sedikit kecil, tapi dia memang yang paling cantik di antara kita bertiga.
Singkat cerita kami bertiga berencana berlibur ke luar kota untuk melepas stress di kota karena selalu berkutat dengan kesibukan kami masing-masing, kami berencana untuk menikmati suasana pantai di Anyer, dengan pertimbangan kami tidak perlu repot-repot menyewa villa di anyer, karena Jenny mempunyai villa di sana dan kebetulan Tantenya juga akan berlibur ke sana bersama dengan saudara suaminya.
Berangkatlah kami pada hari yang telah kami tetapkan bersama dengan menumpang opel blazer ku, tiga jam kami menempuh perjalanan Jakarta-Anyer, setelah lelah di perjalanan akhirnya sampailah kami di villa milik Jenny yang Jenny sendiri hampir lupa tempatnya, rupanya Tante Leni, Tantenya Jenny bersama saudaranya sudah menunggu kedatangan kami.Bandar Ceme
Tante Leni saat itu sedang menggunakan pakaian santai, dengan atasan kaos oblong di padu dengan rok pantai yang belahannya sampai sebatas paha. Kulit Tante Leni sangat putih dan mulus sama seperti Aku dan Jenny, hanya saja postur tubuh Tante Leni lebih tinggi, wajahnya sangat cantik, hampir menyamai kecantikan yang di miliki Jenny.
“Hai, maaf telat habis tadi sempat nyasar” jawabku sekenanya menyambung pembicaraan mereka, setelah ngobrol cukup lama, kami pun mulai membuat acara untuk liburan kami di anyer ini, saya kebagian jatah belanja bahan bahan makanan bersama dengan saudaranya Jenny.
Namanya Wati, usianya sama dengan Jenny, bertubuh sintal dan padat, tapi menurutku lebih cocok kalau di katakan montok. Kulitnya kuning langsat dan wajahnya manis dengan rambut lurus sebatas bahu, sekilas aku melirik ke arah dadanya, payudaranya terhitung besar untuk seusia dia mungkin sekitar 36 b, sedikit lebih besar dari buah dadaku.Bonus Rp.200.000,-
Setelah berbagi tugas dan berganti pakaian aku dan Wati berangkat ke pasar terdekat untuk belanja barang-barang yang diperlukan dan semuanya harus lengkap karena saya tidak mau bolak balik ke pasar hanya karena ada barang yang kelupaan di beli. Saat itu saya hanya mengenakan pakaian santai berupa rok biru sebatas paha dan kaos blong tipis, Wati malah tampil lebih berani dengan hanya memakai rok tipis pendek dengan t’shirt u can see merah. Dia terlihat sangat cantik dengan pakaian seperti itu.
Waktu sudah menunjukan pukul lima saat tiba-tiba opel blazer yang ku kemudikan oleng dan hampir menabrak pembatas jalan, untungnya aku sigap menginjak pedal rem dan dengan perlahan kupinggirkan mobilku ke tepi jalan.
“Kenapa Kak” seru Wati agak panik.
Aku bergegas turun dari mobil, ternyata ban depan sebelah kiri kukempes, aku sempat panik karena aku bingung bagaimana caranya mengganti ban itu dengan hanya mengandalkan tenaga dua orang perempuan. Pada saat itu tiba-tiba muncul dua orang laki-laki, menawarkan bantuan untuk mengganti ban mobilku. Aku tidak punya pilihan lain selain menerima tawaran dua orang itu karena hari sudah menjelang sore. Selesai ban mobilku di ganti oleh mereka aku mengucapkan terima kasih seraya berjalan ke arah pintu depan mobilku untuk mengambil uang sebagai tanda terima kasih, saat tiba-tiba aku merasakan ada tangan kasar yang memeluk tubuhku dan membekap mulutku, aku kaget dan berusaha berontak tapi kurasakan tubuhku tiba-tiba lemas dan mataku berkunang kunang. Akhirnya aku tak sadarkan diri.
Aku kaget bukan kepalang saat aku siuman dengan mata yang masih berkunang kunang kulihat puting buah dadaku sebelah kiri sedang di isap dengan buas oleh salah satu orang yang menolongku tadi sementara buah dadaku yang sebelah kanan pun tak luput dari remasan tangannya. Posisiku terlentang dengan kedua tangan di ikat di ujung sebuah ranjang, kaos oblong tipisku entah di mana, bra ku sudah melorot sebatas perut saat orang itu menyingkapkan rok pendekku dan berusaha menarik celana dalamku.
“Jangan!!.. Lepaskan.. Jahanam kamu.!!. Lepaskan..” teriakku sambil meronta dan menangis sejadi jadinya.
“Diam kamu, gua cuma mau mencicipi kamu aja.. jangan cerewet.. kalau tidak gua bunuh loe…” bentak orang itu sambil tetap berusaha menarik lepas celana dalamku. Brett.. Celana dalamku berhasil direnggutnya dengan paksa. Kini kewanitaanku yang selama ini selalu kurawat sudah terbuka lebar. Aku merasakan tangan pemuda itu menjamah kewanitaanku yang berbulu cukup lebat itu dengan penuh nafsu.Bandar Sakong Online
Kemudian orang itu membuka kedua kakiku yang putih mulus dan jenjang yang aku katupkan sebagai pertahanan terakhir dan mulai mengarahkan batang penisnya ke lubang kemaluanku.
“Jangan pak.. Saya mohon, saya masih perawan.. Tolong lepaskan saya..” teriaku putus asa.
“Aahh?Ohhh?Agk? Jangann.. Sakitt.. Lepaskan.. Jahanamm!” Aku berteriak panik sambil kulejang-lejangkan kakiku, tapi itu malah membuat penisnya semakin menyeruak masuk ke dalam liang vaginaku yang belum pernah di sentuh oleh laki-laki manapun.
Dreet.. Dreet kurasakan selaput daraku robek saat orang itu menyodokkan kemaluannya hingga amblas seluruhnya.
“Sakitt.. Lepaskan” desahku sambil kulempar kepalaku ke kiri dan ke kanan menahan sakit dan perih yang tak terkira yang melanda sekujur tubuhku.
“Sakitt.. Tolong.. Hentikann..” jeritku meratap, tapi orang itu sepertinya tidak peduli dengan jeritan dan tangisanku.
Dia tetap memperkosaku, memompa vaginaku dengan ganas sambil tangannya memegangi tanganku dan mulutnya tak henti hentinya menjilati buah dadaku saat tiba-tiba dia berhenti dan melenguh keras, aku sadar dia akan orgasme di dalam liang vaginaku.
“Jangan.. Jangan.. Di dalam!!” teriakku panik, dia memelukku sekuat-kuatnya saat kurasakan cairan spermanya memenuhi liang rahimku. Hari itu aku diperkosa. Hilanglah sudah kegadisanku yang selama ini selalu kujaga. Saat itu aku merasa sangat marah, malu dan terhina.
“Ah..” aku mendesah pelan saat pemerkosaku itu mencabut penisnya dan pergi meninggalkanku begitu saja, aku mencoba bangkit dan berdiri walaupun rasa sakit dan ngilu masih terasa di sekitar selangkanganku, aku lihat bercak putih bercampur merah darah perawanku di sekitar kemaluanku.
Aku mencoba bangkit walaupun rasa sakit masih mendera seluruh badanku setelah barusan diperkosa dan dengan terhuyung huyung berjalan menuju pintu yang rupanya tidak terkunci, aku mencoba mengintip ke arah luar dan rupanya kedua orang itu sedang sibuk menggarap Wati.
“Gila Ton cewek yang tadi masih perawan lho, sempit banget vaginanya, yang ini gimana?” tanya orang yang tadi memperkosaku.
“Masih perawan juga Jim, nih darah perawannya” jawab orang yang di panggil Jim itu sambil mencabut batang penisnya dari kemaluan Wati lalu mencelupkan jarinya dan menunjukkan jarinya yang berbercak darah.Bandar QQ Online
“Tapi cewek ini belum sadar dari pingsannya nih Jim” sungut orang yang di panggil Ton.
“Sudah pompa aja terus, ntar juga sadar” kata si Jim.
Sambil tangannya menggerayangi payudara Wati yang besar dan padat. Kulihat Wati diperkosa dengan posisi terlentang, pakaiannya masih lengkap hanya celana dalamnya saja yang menjuntai di kaki kirinya, kaosnya tersingkap ke atas dan branya di tarik ke atas hingga payudaranya mencuat dari bawah branya. Tubuhnya terguncang guncang, karena si Jimmy memompanya dengan sangat kasar.
Tiba-tiba Wati melenguh pelan dan membuka matanya, mungkin dia sudah mulai sadar dari pingsannya dan pasti dia akan sangat kaget karena saat ini dia sedang diperkosa, tapi aku juga tidak mampu menolongnya, aku hanya menontonnya saja dari balik pintu tanpa bisa berbuat apa apa.
“Ohh.. Ssakitt.. Jangann.. Lepaskan saya.” rintih Wati sambil berusaha berontak dari dekapan si Jimny, tapi terlambat kegadisannya sudah melayang.
Tiba-tiba kulihat si Jimmy mendengus keras dan mempercepat pompaanya di vagina Wati. Si Jimmy mencengkeram tubuh Wati dengan keras dan menusukan batang penisnya dalam dalam ke lubang vagina Wati.
“Saakkitt..” Wati menjerit keras saat si Jimmy memuntahkan seluruh cairan spermanya ke dalam liang vagina Wati, kulihat cairan putih kental bercampur darah berlelehan di selangkangan Wati saat si Jimmy mencabut batang penisnya.
Sore itu si Ton dan si Jimmy memperkosa kami secara bergantian, sampai aku dan Wati kembali pingsan karena tidak tahan di gagahi oleh kedua orang itu secara terus menerus.
Saat aku siuman rupanya aku sudah berada di jok belakang mobilku sendiri dengan kedua tangan terikat ke belakang, tapi untungnya aku sudah memakai pakaianku kembali, entah siapa yang mengenakannya di tubuhku, kulihat ke samping Wati masih pingsan dengan tangan juga terikat kebelakang.
“Mau dibawa ke mana kami” tanyaku memberanikan diri.
“Mau ke villa elu, mau perkosa teman lu, tadi gua denger suaranya di HP lu, dari suaranya kayaknya teman lu lumayan juga” jawab si Ton sambil tertawa di ikuti oleh tawa si Jimmy.
Aku langsung bergidik mendengar jawabannya, rupanya mereka tahu alamat villa kami yang memang kuletakkan di atas dasbor mobilku. Waktu sudah menjelang tengah malam saat kami tiba di depan pintu villa saat Tante Leni menghampiri mobil kami.
“Lu sergap dia Jim” kata si Toni sambil mengeluarkan pistol dan menodongkannya ke arahku.
Aku tidak bisa berbuat apa apa selain hanya bisa duduk dan diam. Benar juga saat Tante Leni sampai ke pintu samping mobilku, si Jimmy langsung keluar dan dengan sigap mendekap tubuh Tante Leni dari belakang, sementara satu tangannya langsung membekap mulut Tante Leni, mungkin karena kaget Tante Leni tidak sempat berteriak. ” Urhhgg.. Ss” hanya itu yang keluar dari mulut Tante Leni saat si Jimmy mendekap dan menelikungnya lalu mendorong Tante Leni ke arah pintu pagar vila kami.
“Jangan Macem macem lu, diem di sini kalau nggak gua bunuh lu” ancam si Ton sambil menodongkan pistolnya ke arahku.
Aku hanya bisa mengangguk sambil ketakutan mendengar ancamannya itu, lagipula seluruh tubuhku terasa sangat lemas dan selangkanganku pun masih sangat nyeri dan ngilu akibat perkosaan yang aku alami tadi, sehingga aku tidak mungkin melarikan diri dengan keadaan tubuhku yang demikian, apalagi kedua tanganku pun masih terikat.
Lalu si Ton ke luar dan membantu si Jimmy menangani Tante Leni, kulihat si Ton mengikat ke dua tangan Tante Leni ke terali pintu pagar villa, sementara si Jimmy menempelkan lakban di mulut Tante Leni sambil ke dua kakinya berusaha merenggangkan kaki Tante Leni dari belakang.
LINK RESMI POKER V GAMES : https://bit.ly/2XKDBw8
LINK RESMI IDN POKER : https://bit.ly/2Kexich
0 Comments